Kamis, 27 Agustus 2009

Kolaborasi Musik Etnik Gayo dan Modern Tampil Memukau

Kolaborasi Musik Etnik Gayo dan Modern Tampil Memukau

Pekanbaru, Riau - Musik tradisional Aceh dan etnis Gayo yang dikaloborasi dengan musik modern memukau ribuan penonton 7th Hitam Putih Riau World Music 2009 di Pekanbaru, Sabtu (25/7). Even ini merupakan pertunjukan musik etnik internasional yang digelar 23-25 Januari 2009. Salah satu grup musik etnik yang tampil adalah Zombeetnica, asal dataran tinggi Gayo. Mereka mewakili Indonesia bersama The Malay (Jakarta), Amin Abdullah And Friends (Palu), dan grup-grup musik etnik dari Riau. Zombeetnica satu-satunya band asal Aceh yang diundang oleh panitia karena punya jam terbang yang tinggi dan kerap membawa lagu kreasi yang mempertahankan etnik disertai kritikan sosial.

Grup ini selalu tampil dengan peforma etnik Gayo, mengenakan baju kerawang, dilengkapi alat musik daerah seperti rapai, teganing (terbuat dari bambu), gegedem (sejenis rapai). Band ini juga acap tampil dengan materi musik diiringi kesenian tradisional Didong Gayo, dimana bantal berukuran kecil dan irama tepukan tangan yang beraturan dijadikan pengiring lirik lagu. Ciri khas ini selalu dipertahankan sejak grup ini didirikan tahun 1999.

Dalam even yang digelar pada malam hari itu, setiap band membawakan lima lagu andalan. Saat tampil pada malam kemarin, band ini berhasil memukau ribuan pengunjung yang berteriak histeris, apalagi saat band mereka menampilkan lagu diiringi didong. Grup ini digawangi Ervan (vokal/perkusi), Dede Canonz (gitar/backing vokal), Ojank (bass/backing vokal), Juka (drum/backing vokal), Eric (perkusi/backing vokal), Bayak (perkusi/backing vokal), Aan (perkusi/backing vokal), Yuda (additional percussion/backing vokal), dan Edi (additional percussion/backing vokal). Zombeetnica membawakan lima lagu termasuk lagu Burning Lueser (BL), lagu yang bercerita tentang ancaman rusaknya ekosistem Lueser di Aceh karena perambahan hutan yang kian marak saat ini.

Pagelaran 7th Hitam Putih World Music kali ini adalah yang ke tujuh sejak pertama kali digelar 2002 lalu. Even yang berpusat di pusat Kota Riau, Komplek Taman Budaya, Jalan Jenderal Sudirman ini sontak mengubah situasi Kota Riau menjadi lautan manusia. Kali ini diikuti oleh 22 grup musik internasional. Namun ada beberapa negara yang gagal tampil, seperti Meksiko dan Thailand, disebabkan beberapa alasan.

Anggota panitia sekaligus penggagas acara ini, Hari Sandra, mengatakan, Riau Hitam World Music kali ini bertema “News Music For The Next Generation”. Pagelaran ini bertujuan menumbuhkembangkan minat dan bakat para pecinta/insan seni musik dalam memahami tentang arti pentingnya melestarikan budaya, khususnya musik tradisi dan membuka wawasan terhadap musik kekinian. Kecuali itu, diharapkan terjadi kaloborasi musik tradisi dengan musik modern melalui kreativitas peserta, sekaligus meningkatkan appresiasi penonton dan generasi muda lainnya.

Grup-grup musik etnik dunia yang tampil dalam pageran ini terdiri dari Fantasia MerideƱo dari Venezuela, Dendang Anak dari Terengganu Malaysia, Songkhla Rajabhat University dari Songkhla Thailand, De‘Lima dari Singapura, Kito Siopo yang merupakan kolaborasi dari Inggris dan Jepang, Tengku Rio and The Malay, Joe Burnmak dari Malasyia berserta grup-grup lokal lainnya. (gn)

Sumber: http://www.serambinews.com
Kredit Foto: http://www.visitaceh.com

Dibaca : 170 kali.

0 komentar:

Posting Komentar